Bumi Riauku Yang Kaya Raya Namun Banyak Rakyatnya yang Miskin
"Riau saat ini merupakan salah satu provinsi terkaya di Indonesia, dan sumber dayanya didominasi oleh sumber daya alam, terutama minyak bumi, gas alam, karet, kelapa sawit dan perkebunan serat kayu..."
Pesatnya perkembangan industri sawit dan akasia di Riau sayangnya tidak dinikmati oleh semua masyarakat Riau. Hanya segolongan kecil masyarakat yang turut menikmati berkah dari euforia industri perkelapasawitan, dan lebih kecil lagi yang menikmati manisnya industri serat kertas alias kebun akasia. Sebut saja suku Talang Mamak, Suku Sakai, Suku Anak Rawa dan suku asli riau lainnya sampai saat ini masih banyak yang hidup dalam kemiskinan. Padahal tanah dan hutan mereka banyak yang sudah digarap untuk kepentingan perkebunan-perkebunan dan industri besar. Alih-alih menikmati, banyak dari mereka justru terusir dari tanahnya sendiri.
Luas sawit di Riau saat ini mencapai angka 3,4 juta hektar, sementara konsesi akasia lebih dari 2 juta hektar yang dikuasai oleh hanya dua perusahaan besar yakni April Group dan APP Group. Artinya, lebih dari setengah luas daratan Provinsi Riau dibuka untuk memenuhi kebutuhan dua industri besar tersebut, sawit dan serat kertas. "Punya kebun tak lantas jadikan provinsi ini sejahtera, makmur dan berkedaulatan pangan. Bahkan sebaliknya, tingkat kesejahteraan rendah pada enam dari tujuh kabupaten dengan luas perkebunan sawit terbesar di Riau" demikian salah satu statement yang diterbitkan dalam media massa yang menggambarkan betapa timpangnya kesejahteraan masyarakat di Riau bila dibandingkan dengan kekayaan alamnya yang berlimpah.
Lalu apa yang salah..? mengapa negeri yang begitu kaya akan potensi sumber daya alamnya masih memiliki tingkat kesejahteraan yang rendah..? Bahkan yang lebih mencengangkan, justru tingkat kesejahteraan yang rendah berada di kabupaten yang memiliki luasan kebun kelapa sawit terbesar. Secara logika seharusnya daerah yang memiliki kebun luas, masyarakatnya sejahtera. Bukan sebaliknya.
Beberapa waktu lalu, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Pekanbaru membebaskan seorag terdakwa , Suheri Terta yang terlibat dalam kasus suap alih fungsi lahan PT Duta Palma dan anak usaha Darmex Agro. Suheri Terta pada tahun 2014 menyuap Gubernur Riau, Annas Maamun untuk mengeluarkan kebun sawit miliknya dari kawasan hutan. Atas kasus tersebut, Annas Maamun divonis penjara selama tujuh tahun. Padahal dalam fakta persidangan Annas Maamun, jelas sekali dinyatakan bahwa dia menerima suap dari Suheri Terta. Namun, majelis Hakim Pekanbaru justru memilih membebaskan terdakwa tersebut.
Fakta ini seolah menjawab pertanyaan saya, kenapa Riau yang begitu kaya akan sumber daya alam masih banyak rakyatnya yang miskin, sementara hutan dan tanahnya terus dieksploitasi. Jika ada yang mengatakan bahwa dalam sistem kapitalis sangat mungkin terjadinya perselingkuhan antara penguasa dengan pengusaha, menurut saya inilah salah satu bentuk perselingkuhan tersebut. Sangat sulit untuk berharap mensejahterakan rakyat kepada penguasa yang berkoalisi dengan pengusaha.
Comments
Post a Comment