Sahabat dan Kerabat Rakyat Jelang Pilkada


Pesta demokrasi pemilihan walikota Pekanbaru baru akan digelar pada tahun 2017 mendatang, namun atmosfer persaingan diantara para bakal calon (balon) yang ingin maju memperebutkan kursi empuk itu sudah sangat terasa. Pertarungan yang belum resmi dimulai ini sudah diawali dengan persaingan masing-masing balon untuk merebut simpati masyarakat. Bermacam slogan ditebarkan dalam bentuk spanduk dan baliho yang terpampang besar-besar di sepanjang jalanan kota. Spanduk-spanduk ini seperti biasanya berisi kata-kata yang menggambarkan betapa baik dan betapa layaknya orang yang fotonya terpampang itu didaulat menjadi pemimpin. Jujur, amanah, peduli pada yang lemah, islami, putra terbaik Pekanbaru, cerdas, friendly dan bahkan ganteng pun dijadikan slogan untuk menarik simpati masyarakat. Semua berlomba-lomba menampilkan yang terbaik. Tentu saja ini adalah hal yang wajar dilakukan oleh seseorang yang ingin maju dalam pertarungan memperebutkan kursi kepemimpinan, apalagi berkaitan dengan jumlah dukungan yang dibutuhkan dari masyarakat banyak. Citra baik di mata masyarakat mutlak hukumnya, jika ingin menang.

Menjelang pertarungan pilkada kali ini ada fenomena yang cukup menarik untuk sedikit dicermati. Dalam beberapa spanduk terlihat bakal calon menyematkan diri sebagai sosok yang sangat dekat dengan masyarakat. Ada yang menamakan diri sebagai kawan, sahabat bahkan kerabat masyarakat. "Si anu kawan kita", "Sahabat si anu" dan "kerabat si anu" adalah beberapa slogan yang tertulis di spanduk beserta citra baik lainnya yang dimiliki sang bakal calon. Fenomena ini mungkin meniru apa yang terjadi di ibu kota Jakarta yang juga mendekati ajang pesta demokrasi, pemilihan gubernur. 

Alangkah berbahagianya warga kota Pekanbaru apabila kelak yang menjadi pemimpin memang benar-benar sosok yang bersahabat, sosok yang bisa menjadi kawan atau bahkan sosok yang menganggap semua masyarakat sebagai kerabatnya. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah para bakal calon yang menobatkan diri sebagai sosok yang begitu dekat dengan masyarakat ini benar-benar seperti yang tertulis di spanduk dan baliho-baliho itu? Apakah semua lapisan masyarakat,  mulai dari yag konglomerat hingga yang hidup melarat benar-benar dianggap sebagai sahabat, kawan dan kerabat? Maukah kelak yang terpilih menjadi pemimpin ini bersahabat dengan para pedagang kaki lima yang selalu dihantui razia satpol PP, atau mengangkat para gelandangan, pengemis dan anak-anak jalanan yang saat ini menjamur di Kota Bertuah dan Madani ini sebagai kerabat? Atau mungkin hanya mereka yang layak saja yang bisa jadi kawan, sahabat dan kerabat? dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang sebenarnya adalah wujud dari harapan masyarakat, jika nanti pemimpin kota ini memang berasal dari sosok yang sangat peduli dan bersahabat itu.

Dalam sebuah buku saya pernah membaca kalimat yang kurang lebih berbunyi "siapa yang mengatasnamakan rakyat maka dia berhutang pada rakyat". Perkara berhutang pada rakyat ini tentu bukan hal yang dapat diabaikan dan dilupakan begitu saja. Hutang harus dibayar, terlebih saat kursi dan jabatan sudah diraih. Bisa saja kelak masyarakat lupa dengan hutang-hutang yang pernah diobral oleh para bakal calon ini setelah mereka menjabat, karena memang demikianlah selama ini yang terjadi. Setelah jabatan diraih, lupa akan janji dan kedekatan dengan masyarakat sehingga perkara melupakan hutang ini seolah menjadi lumrah saja. Namun, bagi kita masyarakat Madani tentu paham sekali bahwa hutang ini kelak akan dimintai pertanggungjawabannya oleh sang pencipta. Semoga mereka yang akan maju ini juga paham.

Kalaulah boleh mengutarakan isi hati, sebenarnya saya adalah orang yang skeptis akan janji-janji dan rayuan para calon pemimpin. Sudah banyak bukti nyata kealpaan mereka terhadap janji yang pernah diucapkan saat akan menjabat. Tapi sebagai warga negara yang baik tentunya kita juga harus memilih salah satu yang akan menjadi pemimpin kota ini sambil berharap mereka memang benar-benar serius dengan slogan-slogan yang saat ini dikumandangkan itu. Bagi warga Kota Pekanbaru mulailah berfikir kira-kira mana yang sungguh-sungguh ingin bersahabat dengan kita masyarakat, mana yang bisa dijadikan kawan dan mana yang benar-benar tulus ingin mengangkat kita sebagai kerabat, bukan hanya janji dan omong kosong belaka. 

Comments

Popular posts from this blog

Wisata Lubang Kolam, Jejak Penjajahan di Bumi Kampar

Ma'awuo Ikan Danau Bokuok

Sungai Bungo, Dusun Terpencil di Belantara Hutan Rokan Hulu Riau