Sepedaku dan Sampah Pekanbaru


Pagi, hari kedua Idul Fitri 2016 aku mencoba menikmati suasana Kota Pekanbaru dengan mengendarai sepeda. Di hari libur lebaran ini sangat cocok menikmati suasana pagi Kota Pekanbaru. Jalanan tampak lengang, tidak dipenuhi oleh kendaraan yang lalu-lalang seperti hari-hari biasanya. Mungkin saja, lebih dari setengah penduduk Kota Pekanbaru saat ini sedang berlibur. Sebagian mudik ke kampung halaman, bersilaturahmi dengan sanak famili, sebagian lagi mengisi liburan dengan mengunjungi tempat-tempat wisata di Provinsi lain sehingga suasana kota yang biasanya hiruk pikuk terasa begitu tenang dan nyaman.


Keluar gerbang komplek tempat tinggal, sepeda melaju dengan santai. Sudah lama sepeda ini tidak digowes karena memang beberapa bulan belakangan dalam keadaan rusak. Udara cukup sejuk pagi itu, masih sangat bersih sehingga membuat lapang paru-paru saat menghela nafas. Udara pagi memang cukup baik untuk kesehatan, sangat sayang untuk dilewatkan. 

Namun setelah beberapa menit mengayuh sepeda, terlihat pemandangan yang membuat suasana nyaman pagi itu sedikit terusik. Persis di bibir jalan, terlihat tumpukan sampah berserakan. Sampah-sampah ini menebarkan aroma busuk yang sangat menyengat, udara pagi yang segar tiba-tiba terasa mual diperut.


 

Memang sudah hampir dua bulan belakangan ini kota pekanbaru dipenuhi tumpukan sampah yang berserakan. Sampah-sampah ini berserakan dan sengaja dibiarkan bertumpuk di bibir jalan.  Entah kenapa, tiba-tiba saja bermunculan banyak tempat pembuangan sampah sementara di sepanjang jalan-jalan protokol kota ini. Padahal, di tempat yang menjadi pembuangan tersebut tidak ada terlihat satupun tong sampah guna menampung sampah tersebut sampai diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Biasanya, beberapa kantong sampah plastik menjadi awal, kemudian dalam waktu yang tidak lama akan menyusul puluhan bahkan ratusan kantong-kantong sampah lain yang ditinggalkan begitu saja di pinggir jalan. Bahkan, sampah-sampah itu terkadang diturunkan dari sebuah mobil pick up dalam jumlah yang cukup banyak, kemungkinan limbah rumah makan atau industri rumah tangga lainnya.

Tidak ingin terlalu lama menikmati aroma busuk dari sampah-sampah yang terlihat sudah mulai membusuk tersebut, gowesan sepeda kupercepat sambil menutupi hidung dengan sebelah tangan. Tidak sengaja roda sepeda melindas sebuah kantong plastik kecil di dekat sampah tersebut, isi kantong plastik pun keluar, sepertinya sisa-sisa makanan yang sudah mulai membusuk. Tiba-tiba rasa mual terasa semakin mengaduk perut. 

Akan tetapi, sepertinya mustahil untuk menghindari pemandangan dan bau busuk sampah pagi ini. Baru beberapa ratus meter mengayuh sepeda sudah terlihat beberapa tumpukan sampah lainnya. Ada tumpukan sampah yang sedikit aneh. Tumpukan sampah tersebut berada persis di depan halte bus Trans Metro Pekanbaru (TMP). Barangkali halte ini sudah dialihfungsikan menjadi tempat persinggahan sampah sebelum diangkut ke TPA. Jangan-jangan tidak lama lagi bus TMP juga akan dialihfungsikan menjadi armada pengangkut sampah di kota Pekanbaru. Untung saja aku punya sepeda, jadi tidak perlu khawatir saat nanti bus TMP benar-benar jadi bus pengangkut sampah.




Keinginan menikmati pagi dengan bersepeda seperti berubah menjadi sebuah tour wisata, wisata sampah Kota Pekanbaru. Berdasarkan berita di media-media lokal, sebenarnya sudah banyak yang berusaha dan ambil bagian dalah hal penanganan tumpukan sampah ini. Namun seakan tidak cukup, sampah-sampah ini terus saja meghiasi kota Pekanbaru yang bergelar MADANI dan sudah beberapa kali meraih penghargaan ADIPURA ini.

Sepeda biruku terus saja melaju dengan santai menyusuri jalanan kota Pekanbaru yang masih cukup sepi pagi ini. Sesampainya di rumah nanti akan kubasuh rodanya yang tidak sengaja melindas sebuah kantong plastik berisi sampah sisa makanan yang sudah mulai membusuk itu.

Comments

Popular posts from this blog

Wisata Lubang Kolam, Jejak Penjajahan di Bumi Kampar

Ma'awuo Ikan Danau Bokuok

Sungai Bungo, Dusun Terpencil di Belantara Hutan Rokan Hulu Riau